A.
PENGERTIAN
Pemeriksaan fisik
adalah pemeriksaan terhadap keadaan fisik klien. Sedangkan yang dimaksud dengan
pemeriksaan fisik head to toe adalah pemeriksaan terhadap keadaan fisik klien
yang dilakukan mulai dari kepala sampai ke kaki.
B.
TUJUAN
Tujuan perawat
melakukan pemeriksaan fisik yaitu untuk mendapatkan data yang akurat tentang
kondisi kesehatan klien.
C.
LINGKUP
PEMERIKSAAN FISIK
Dalam melakukan
pemeriksaan fisik kepada klien secara head to toe, langkah-langkah yang harus
ditempuh yaitu :
1. Menilai
keadaan umum klien
Perawat
menilai tiga katagori keadaan umum klien dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Baik
b. Lemah
c. Buruk
(tidak baik)
2. Pemeriksaan sistematik head to toe
a. Pengkajian kulit, rambut dan kuku.
-
Kulit
Kulit merupakan sistem tubuh yang paling besar. Kulit terdiri dari tiga
bagian yaitu bagian luar (epidermis), bagian tengah (dermis) danbagian dalam
(lapisan lemak subkutan) atau disebut juga hipodermis.
Secara umum kulit befungsi untuk melindungi jaringan dibawahnya, sebagai
persepsi sensori, pengatur suhu tubuh, sintesa vitamin dan sebagai tempat
pengeluaran sekresi keringat.
-
Beberapa
organ tambahan yang terdapat pada kulit yaitu rambut, kuku, kelenjar sebasea,
kelenjar keringat (kelenjar apokrin dan kelenjar endokrin).
-
Cara
mengkaji kulit, rambut dan kuku
v Metode yang digunakan yaitu inspeksi dan palpasi.
v Inspeksi kulit mengenai warna, adanya edema, adanya lesi, jaringan parut.
v Apakah kulit berwarna kebiruan (sianosis), kemerahan,
kuning(ikterik), hitam (penumpukan ureum/uremic frost), warna berkurang
(albino).
v Apakah terdapat :
Makula
(perubahan warna kulit, tidak teraba, batas jelas, kurangdari 1 cm).
Papula
(Menonjol, batas jelas, elevasi kulit yang padat, kurang dari0,5 cm).
Nodula
(Tonjolan padat berbatas tegas, lebih besar daripadapapula,0,5-2cm).
Tumor (Tonjolan
padat seperti nodula, lebih besar ukurannya).
Vesikula (Papula
dengan cairan serosa didalamnya).
Pustula (Papula
dengan cairan pus didalamnya).
Ulkus (Luka
yang menembus epidermis sampai korium, biasanya disertai nekrosis jaringan,
bervariasi dalam bentuk dan dalamnya luka).
Atrofi (Menipisnya
kulit karena berkurangnya satu atau lebih lapisan kulit, kulit tampak pucat dan
elastisitas berkurang).
v Palpasi kulit untuk mengetahui suhu kulit, textur kulit (halus,
kasar), turgor kulit.
-
Inspeki
dan palpasi Rambut
v Inspeksi warna, jumlah, distribusi dan textur rambut.
v Apakah rambut rontok, mudah dicabut atau tidak, terdapat kutu
rambut (Pediculosis H. Capitis) atau tidak.
-
Inspeksi
dan palpasi kuku
v Catat mengenai warna, bentuk dan lesi pada kuku.
v Apakah bentuk kuku normal, Klubbing Finger, Beau's Line, Koilonychia,
Splinter Hemorrhages atau Paronychia.
v Kaji CRT (Capillary Refilling Time), normalnya kurang dari 2 detik.
b. Pengkajian Kepala
-
Pada
bagian kepala terdapat organ-organ yang sangat penting seperti mata, hidung,
mulut dan telinga.
-
Oleh
karena itu pada saat mengkaji kepala maka organ-organ tersebut dikaji.
-
Cara
mengkaji :
§ Atur posisi klien.
§ Buka kacamata (jika klien menggunakan kacamata).
§ Inspeksi kesimetrisan muka, tengkorak dan kebersihan kepala.
§ Ketidaksimetrisan muka merupakan tanda adanya kelumpuhan / parese
saraf ketujuh.
§ Apakah terdapat ketombe.
§ Palpasi daerah kepala, apakah terdapat massa, pembengkakan, nyeri
tekan.
§ Palpasi daerah dahi, terdapat edema atau tidak.
MATA
§ Tujuan pengkajian mata adalah untuk mengetahui bentuk dan fungsi
mata.
§ Pada saat mengkaji daerah mata terlebih dahulu atur pencahayaan.
§ Perawat berdiri / duduk dihadapan krien, jika memungkinkan.
§ Bandingkan antara mata kanan dan mata kiri.
Aspek yang dikaji
§ Inspeksi letak bola mata, pergerakan mata.
§ Inspeksi palpebra, terdapat ederna atau tidak, terdapat blepharitis
/ hordeolum, apakah terdapat Ptosis
(kelopak mata yang selalu tertutup atau tidak mampu membuka) atau Lagophthalmus (kelopak
mata yang tidak bisa menutup rapat/terus terbuka)
§ Amati konjungtiva, apakah terdapat kemerahan, anemis/tidak anemis.
§ Amati sclera, apakah ikterik/tidak. Dengan cara 2 jari menarik
palpebra, klien melihat ke bawah.
§ Inspeksi gerakan bola mata kesegala arah
§ Periksa TIO (Tekanan Intra okuler). caranya : Gunakan 2 jari
telunjuk untuk menekan daerah bola mata dengan kelopak mata atas dalam posisi
tertutup. Bandingkan tekanan antara mata kanan dan mata kiri.
PUPIL
DAN REFLEKS CAHAYA
§ Dalam keadaan normal, pupil berbentuk bulat, isokor, diameternya
kira-kira 3 mm.
§ Gunakan penlight untuk menyinari pupil maka pupil akan mengecil
VISUS/
KETAJAMAN PENGLIHATAN
§ Pemeriksaan dilakukan pada mata kanan dan mata kiri Secara
bergantian.
§ Menggunakan Snellen Chart, yang dipasang pada jarak 6 m.
§ Hasil pemeriksaan visus ditulis secara terpisah untuk mata kanan
(OD) dan mata kiri (OS), dinyatakan dengan pembilang/penyebut.
§ Pembilang menyatakan jarak antara kartu snellen dengan mata.
Sedangkan penyebut menyatakan jarak dimana suatu huruf tertentu harus dapat
dilihat oleh mata yang normal, Ex. Visus 5/5 artinya : pada jarak 5 m mata
masih dapat melihat huruf yang seharusnya dapat dibaca pada jarak 5 m.
§ Visus mata emetrop = 616
§ Visus 6/60 = hanya bisa menghitung jari-jari dari jarak 6 m.
§ Visus 6/300 = hanya bisa melihat gerak jari-jari dari jarak 6 m.
§ Visus 6/~ = hanya bisa melihat gelap terang.
§ lisus 0 = mata buta/anopsia = tidak bisa melihat terang sama sekali.
Cara memeriksa :
Ø Siapkan kartu snellen,
Ø Atur kursi pada jarak 6 m dari snellen chart
Ø Atur Penerangan
Ø Anjurkan klien untuk menutup mata kiri dengan satu tangan untuk
memeriksa mata kanan.
Ø Anjurkan klien untuk membaca mulai dari huruf yang besar ke yang kecil.
Catat tulisan terakhir yang masih dapat dibaca oleh klien.
Ø Selanjutnya periksa mata kiri.
PENGKAJIAN
TINGKAT MAHIR (FUNDUSKOPI)
§ Untuk mengkaji susunan retina dengan menggunakan alat optalmoskop.
§ Cara kerja :
v Atur posisi klien yaitu duduk.
v Jelaskan tindakan.
v Teteskan Tropisamide 1-2 tetes dengan tujuan untuk melebarkan
pupil.
v Atur cahaya ruangan agak redup.
v Perawat duduk dihadapan klien.
v Beritahu klien untuk melihat secara tetap pada titik-titik tertentu
dan tidak berkedip.
v Lepas kacamata.
v Pegang optalmoskop, atur lensa pada angka 0, nyalakan dan arahkan
pada pupil mata dari jarak 30 cm kemudian temukan red reflex untuk melihat
cahaya pancaran retina.
v Bila red reflex sudah ditemukan lalu dekatkan optalmoskop
pelan-pelan kearah mata krien. Bila klien miopia maka atur kontrol kearah
negatif (merah) dan bila klien hipermiopia atur kontrol kearah positif (hitam).
v Amati fundus secara sistematis diawali dengan mengamati pembuluh
darah besar. catat bila ada kelainan. Amati warna makula, normalnya lebih
terang dari pada retina. Amati diskus optikus, normalnya bentuk rnelingkar,
warna merah muda agak kuning, batas terang dan tetap dan jumrah pigmen
bervariasi.
v Bandingkan antara mata kanan dan kiri.
v setelah selesai pengkajian, teteskan teteskan mata klien dengan
pilocarpine 2 % untuk menetralisir dilatasi- pupil mata.
c.
Pengkajian Telinga
§ Telinga berfungsi sebagai alat pendengaran dan keseimbangan tubuh
§ Telinga terdiri dari tiga bagian yaitu :
1. Telinga luar, meliputi aurikel/pinna dan saluran pendengaran
luar.
2. Telinga tengah (rongga timpani), terdapat komponen pendengaran yaitu
maleolus, inkus dan stapes.
3. Tetinga dalam, terdiri dari labirin yang bertulang dan bermembran
yang meliputi kokhlea, vestibulum dan saluran semisirkular.
§ Aspek yang dikaji :
o Lubang telinga : kaji kebersihannya, apakah terdapat serumen,
bagaimana karakteristiknya.
o Inspeksi pinna : kaji ukuran, bentuk, warna, lesi atau massa.
o Palpasi pinna : bagaimana tekstur, ada tidak keluhan nyeri tekan.
o Palpasi tragus dan tulang mastoid : jika ada peradangan akan timbul
nyeri tekan.
o Inspeksi membran timpani : ada kelainan atau tidak, normalnya bentuk
utuh, memantulkan cahaya politzer pada penyinaran lampu senter.
o Kaji fungsi pendengaran dengan cara :
1. Gesekan jari tangan
2. Detak arloji
3. Test Rinne
Caranya :
a. Getarkan garputala.
b. Letakkan garputala pada tulang mastoid kiri klien.
c. Anjurkan klien untuk memberitahu sewaktu tidak merasakan getaran
lagi.
d. Angkat garputala dan pegang di depan telirrga kiri klien dengan
posisi garputala paralel terhadap lubang telinga luarklien.
e. Anjurkan klien untuk memberitahu apakah masih mendengarsuara
getaran atau tidak. Normalnya suara getaran masih dapat di dengar karena
konduksi udara lebih baik daripada konduksi tulang.
f. Periksa telinga kanan klien dengan cara yang sama.
g. Hasilnya positif atau negatif.
4. Test Weber
Caranya :
a. Getarkan garputala.
b. Letakkan garputala di tengah-tengah dahi klien atau diatas puncak
kepaia klien.
c.Tanyakan kepada klien rnengenai sebelah mana telinga yang mendengar
suara getaran lebih keras. Normalnya kedua telinga dapat mendengar secara
seimbang, sehingga getaran dirasakan di tengah-tengah kepala.
d. Hasilnya lateralisasi ke kiri / ke kanan / tidak ada
lateralisasi.
5. Test Schwabach
Caranya :
a. Getarkan garputala.
b. Letakkan garputala di depan telinga klien.
c. Anjurkan klien untuk member tahu jika sudah tidak mendengar
suara getaran lagi.
d. Pindahkan garputala ke deparr telinga pemeriksa.
e. Jika pemeriksa masih mendengar suara berarti schwabach memendek.
f . Hasilnya memendek atau sama dengan pemeriksa.
d.
Pengkajian hidung dan sinus-sinus
Cara mengkaji :
o Inspeksi kulit di sekitar hidung : warna, lesi, pembengkakan.
o Inspeksi septum hidung : letaknya simetris atau tidak.
o Sekresi hidung : catat karakeristiknya seperti kental/cair, warna putih
jernih atau kehijau-hijauan, ada benda asing atau tidak.
o Ada atau tidak peraclangan membran mukosa hidung, terdapat polip atau
tidak.
o Palpasi sinus - sinus :
2. Sinus etrnoidalis ada
/ tidak nyeri tekan
3. Sinus maksilaris
e.
Fengkajian mulut dan faring
·
Aspek
yang dikaji meliputi bibir, gigi, gusi, lidah, selaput lendir, pipi, palatum
dan faring.
·
Cara
mengkaji :
Ø Inspeksi kebersihan mulut, ada/tidak bau mulut.
Ø Inspeksi bibir : warna kemerahan/merah muda/sianosis, ada/tidak
kelainan bentuk bibir seperti labioschizis/labiopalatoschizis.
Ø Kaji gusi : ada/tidak gingivitis (radang gusi), periodontitis
(radang jaringan penyangga gigi)
Ø Inspeksi lidah : bagaimana kebersihannya, lidah yang kotor akan
ditemui pada keadaan sebagai berikut :
1.
Hygiene
mulut yang kurang
2.
Demam
thypoid
3.
Klien
koma.
Perhatikan sekitar tepi lidah apakah hiperemik atau tidak, selain
itu kaji pergerakan lidah ke segala arah.
Ø Palpasi lidah dengan cara klien disuruh menjulurkan lidahnya
kemudian pegang lidah dengan kassa sterir lalu palpasi ridah terutama bagian
belakang dan bagian-bagiannya.
Ø Lakukan palpasi pada pipi untuk mengetahui ada/tidak tumor/pembengkakan,
jika teraba pembesaran lalu identifikasi ukuran, konsistensi dan nyeri tekan.
Ø Inspeksi faring : ada/tidak peradangan,bagaimana warna, ada/tidak eksudat.
Ø Inspeksi tonsil : ada/tidak pembesaran ukuran besarnya tonsil dinyatakan dengan :
1.
T O
= bila sudah dioperasi.
2.
T 1
= ukuran yang normal ada.
3.
T 2
= pembesaran tonsil tidak sampai garis tengah.
4.
T 3
- pembesaran mencapai garis tengah.
5.
T 4
= pembesaran melewati garis tengah.
f. Pengkajian
Leher
o Inspeksi : bentuk, warna kulit, pembengkakan/massa, ada/tidakjaringan
parut,
o Inspeksi peningkatan tekanan vena jugularis.
o Inspeksi tiroid dengan cara klien dianjurkan untuk menelan kemudian
amati gerakan kelenjar tiroid pada takik suprasternal. Normalnya tidak terlihat
kecuali pada klien yang kurus.
o Palpasi kelenjar limfe.
o Palpasi thyroid dengan cara nreletakkan dua tangan pada area fossa suprasternal
dengan posisi dari belakang klien, anjurkan klien untuk menelan, dalam keadaan
normal tidak teraba. Jika teraba, kaji bagaimana bentuk, ukuran dan
konsistensinya.
o Ada / tidak kaku kuduk.
o Kaji mobilitas leher. Gerakannya meliputi :
1.
Antefleksi,
normalnya 45°.
2.
Dorsifleksi,
normalnya 60°.
3.
Rotasi
ke kanan, normalnya 70°.
4.
Rotasi
ke kiri, norrnalnya 70°.
5.
Lateral
fleksi ke kiri, normalnya 40°.
6.
Lateral
fleksi ke kiri, normalnya 40°.
o Cara mengukur JVP (Jugurar Venous pressureflekanan VenaJugular).
a.
Atur
posisi klien tidur dengan satu bantal.
b.
Miringkan
kepala klien.
c.
Bendung
daerah supraclavicula agar vena jugular jelas terlihat.
d.
Tekan
ujung proksimal vena jugular sambir merepas bendungan supraclavikula.
e.
ukur
jarak vertikal permukaan atas kolom darah yang ditemukan terhadap bidang
horisontal melalui angulus ludovici.
f.
Misalnya
jaraknya a cm.
g.
Nilai
JVP : 5-acm.
5+acm
h.
Jika
pengukuran dilakukan secara langsung disebut CVP (CentrarVenous Pressure),
nilai normalnya 5 - 15 cm air
g.
Fengkajian Thorak dan dada
§ Untuk memeriksa daerah thorax, perlu diingat kembali hal-hal sebagai
berikut
a.
Linea
midsternalis, yaitu garis yang memanjang ke bawah ditengah sternum
b.
Linea
sternalis, yaitu garis memanjang ke bawah sejajar garis sternum
c.
Linea
midclavikularis, yaitu garis vertikal yang sejajar dengan garis midsternal dan
memanjang ke bawah dari pertengahan tulang clavikula kanan dan kiri.
d.
Linea
axilaris anterior, yaitu garis yang memanjang ke bawah dari lipatan axilaris
anterior.
e.
Linea
aksilaris posterior, yaitu garis yang memanjang ke bawah dari lipatan aksilaris
posterior.
f.
Linea
midaksilaris, yaitu garis vertikal yang memanjang kebawah dimulai dari
pertengahan antara garis aksilaris anterior dan posterior,
g.
linea
midspinalis, yaitu garis yang terletak di tengah-tengah punggung dan ditentukan
oleh prosesus spinosus.
h.
Linea
midskapularis, yaitu garis vertikal yang terletak pada dinding dada sejajar
dengan garis midspinaris dan memanjang melalui puncak scapula.
i.
Daerah
infraskapuraris, yaitu daerah dinding belakang dada yangterletak di bawah
daerah scapula.
j.
Daerah
interskapularis, yaitu daerah dinding belakang dada yang terletak diantara dua
scapula.
§ Aspek yang dikaji :
v Inspeksi bentuk dada : kesimetrisan, postur, ada/tidak kelainan tulang belakang
seperti Kiposis, Lordosis atau Skoliosis,
ada/tidak kelainan bentuk seperti :
ü Pigeon
chest (bentuk dada
yang ditandai dengan diameter transversal sempit, diameter antero-posterior
membesar dan sternum sangat menonjol ke depan).
ü Funnel
chest (sternum
menyempit ke dalam dan diameter antero-posterior yang mengecil).
ü Barel
Chest (diameter
antero-postero transversal mempunyai perbandingan
1:1)
v Inspeksi ada/tidak retraksi intercostal / suprasternal / pernafasan
cuping hidung
v Kaji jenis pernafasan :
ü Pernafasan
Kusmaul, yaitu pernafasan
yang cepat dan dalam misalnya pada klien yang mengalami koma diabetikum.
ü Pernafasan
Biot yaitu
pernafasan yang ritme maupun amplitudonya tidak teratur, diselingi periode
apnea, misalnya pada klien dengan kerusakan otak.
ü Pernafasan
Cheyne Stokes, yaitu
pernafasan dengan amplitudo yang mula-mula kecil, makin lama makin membesar
kemudian mengecil lagi diselingi periode apnea,misalnya klien dengan gangguan
syaraf otak.
v Palpasi dinding thorax dengan menggunakan seluruh telapak tangan dan jari
kiri dan kanan.
v Pada saat palpasi tentukan ada/tidak keluhan nyeri tekan,kemudian
raba dan rasakan getaran dinding dada sewaktu klien mengucapkan kata "tujuh puluh tujuh" atau
disebut vocalfremitus (Tactil Vremitus). Caranya :
a.
Letakkan
telapak tangan pada bagian belakang dinding dada dekat apek paru-paru sambil
klien mengucapkan kata ..”tujuhpuluh tujuh".
b.
Ulangi
langkah a dengan tangan bergerak ke bagian dasar paru-paru.
c.
Bandingkan
vremitus pada kedua sisi paru.
d.
Lakukan
palpasi vokal vremitus pada dinding dada anterior.
v Pemeriksaan Vocal fremitus bertujuan untuk membandingkan bagian
mana yang lebih bergetar atau kurang bergetar. Jika terdapat pemadatan jaringan
paru (pneumonia, keganasan) akan terasa lebih bergetar, sedangkan pada pleural
efusion dan Pneumotorak akan terasa kurang bergetar.
v Perkusi dinding thorax dilakukan dengan cara mengetuk dengan jari tengah
tangan kanan pada jari tengah tangan kiri yang ditempelkan dengan erat di
dinding dada di celah intercostal.
a.
sonor
adalah suara perkusi jaringan paru yang normal.
b.
Redup
adalah suara perkusi jaringan yang lebih padat
c.
Pekak
adalah suara perkusi jaringan yang padat seperti pada kasus adanya cairan di
rongga pleura, perkusi daerah jantungdan perkusi daerah hepar.
d.
Hipersonor/tympany
adalah suara perkusi pada daerah yang lebih berongga kosong.
v Auskultasi paru adalah mendengarkan suara pada dinding thorax dengan
menggunakan stetoskop.
v Ada tiga suara yang didengar pada pemeriksaan auskultasi paru,yaitu
:
1.
Suara napas
a. Vesikuler
Suara nafas vesikuler terdengar di semua lapangan paru yang normal.
Bersifat halus, nada rendah, inspirasi lebihpanjang dari ekspirasi.
b. Broncho vesikuler
Suara nafas ini terdengar di percabangan broncus dan trakea,
sekitar sternum dan regio interscapular, nadanya sedang lebih kasar
dibandingkan vesikuler, inspirasi sama panjang dengan ekspirasi.
c. Bronchial
Suara nafas ini terdengar di daerah trakea (leher). Bersifat kasar,
nada tinggi, inspirasi rebih pendek dibandingkan dengan ekspirasi.
v Bila didapat suara broncho vesikuler atau bronchial dilapangan paru
merupakan suatu kelainan.
v Bila tidak terdengar sama sekali hal ini disebabkan karena paru-paru
dalam keadaan kollap/atelektasis atau pleural effusion yang banyak. Jumlah
cairan pleura yang tidak banyak dapat menimbulkan suara vesikuler yang melemah.
2.
Suara ucapen (Vocal Resonans)
Klien diminta mengucapkan "tujuh puluh tujuh,, berulang-ulang,
kemudian pemeriksa mendengarkan dengan stetoskop secara sistematik di semua
lapangan paru serta membandingkan antara kiri dan kanan.
a.
Bronchophony
: suara terdengar jelas ucapannya dan lebih keras dibandingkan daerah sisi
lain. Umumnya hal ini disebabkan oleh adanya proses pemadatan atau konsolidasi paru.
b.
Pectoriloquy
: suara terdengar jauh dan tidak jelas (nggerenyem). Terdapat pada kasus
pleural effusion atau atelektasis.
c.
Egophony
: suara bergema seperti seorang yang hidungnya tersumbat (bindeng) dan terasa
dekat. Biasanya ditemukan pada pemadatan paru yang disertai caverne/berongga-rongga
besar.
3.
Suara tambahan
Pada pernafasan normal tidak dijumpai suara tambahan.suara tambahan
menunjukkan adanya kelainan. Jenis suara tambahan yaitu :
a.
Rales
yaitu bunyi yang dihasilkan oleh eksudat lengket saat saluran halus pernafasan
mengembang pada inspirasi.
Suara rales tidak hilang bila klien
disuruh batuk. Rales seringkali ditemui pada peradangan jaringan paru (pnemonia-
TBC).
b.
Ronchi
adalah bunyi yang tak terputus yang terjadi oleh adanya getaran dalam lumen
saluran pernafasan akibat penyempitan, kelainan selaput lendir atau akibat
adanya sekret kental atau lengket. Ronchi terjadi akibat terkumpulnya cairan mukus
dalam trakea atau bronkus-bronkirs besar. Ciri khas ronchi adalah nada rendah
dan sangat kasar terdengar baik pada inspirasi maupun ekspirasi, ciri lain
ronchi adalah akan hilaing bila klien disuruh batuk.
c.
Wheezing
adarah bunyi musikar terdengar.,ngiii....iik atau pendek ngiik, yang terdapat
pada fase inspirasi dan atau ekspirasi, tetapi biasanya lebih jelas pada
ekspirasi Wheezing terjadi karena ada eksudat lengket tertiup aliran udara dan
bergetar nyaring.
d.
Pleural
Friction Rub yaitu suara bunyi yang terdengar kering, seperti suara gosokan
amplas pada kayu. Suara ini terjadi karena peradangan pleura, terdengar
sepanjang fase pernafasan (inspirasi sepenuhnya).
h.
Pengkajian Jantung
Pengkajian jantung meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
Cara mengkaji :
o Inspeksi ictus cordis, yaitu pada area intercostal kelima linea
midclavikula kiri.
o Palpasi denyut ictus cordis
o Perkusi jantung untuk mengetahui batas-batas jantung : ada
pembesaran / tidak. Batas-batas jantung sebagai berikut :
ü Batas atas : intercostal 2 - 3.
ü Batas kanan : linea sternalis kanan.
ü Batas kiri : intercostal 4, 5 dan 6 linea midclavikula kiri.
o Perkusi jantung dilakukan dengan cara meletakkan jari tengah tangan
kiri sebagai plesimeter (landasan) pada dinding dada dan jari tengah tangan
kanan yang mengetuk.
o Auskultasi area jantung untuk mendengarkan bunyi jantung.
o Bunyi jantung pertama (S1) timbul akibat penutupan katup Mitral dan
Trikuspid sedangkan bunyi jantung kedua (S2) timbul akibat penutupan katup
Aorta dan pulmonal.
o S1 terdengar lebih keras daripada S2 tetapi nada S1 lebih rendah
sedangkan nada S2 tinggi.
o S1 didiskripsikan sebagai bunyi "lub"dan S2 sebagai
"dub,,.Jarak kedua bunyi adalah kurang dari atau sama dengan satu detik
o Lima area untuk nrendengarkan bunyi jantung yaitu :
1.
Katup
Aorta à lntercostal 2 linea sternalis kanan à BJ IIA.
2.
Katup
Pulmonal à intercostal 2 linea sternalis kiri à BJ II P.
3.
Katup
Pulmonal à intercostal 3 linea sternalis kiri à BJ II P .
4.
Katup
Trikuspidalis à intercostal 4 linea sternalis kiri à BJ I T.
5.
Katup
Mitral à Intercostal 5 linea midclavikula kiri à BJ IM.
o Bunyi jantung tambahan (BJ III) dapat didengar di daerah Katup
Mitral.
i.
Pengkajian Payudara
a.
Dalam
melakukan pengkajian payudara, khususnya pada wanita harus memperhatikan aspek
psikososial dan menjaga privacy klien.
b.
Payudara
terletak secara bilateral pada dinding anterior dada di intercostal kedua
sampai keenam atau ketujuh, mengandung jaringan glandula lobulus, jaringan
fibrosa dan jaringan adiposa.
c.
Pada
saat mengkaji payudara, perawat juga harus mengkaji riwayat kesehatan keluarga
klien, misalnya adanya anggota keluarga yang menderita kanker payudara, apakah
klien mempunyai anak, dan lain-lain. Karena biasanya kanker payudara lebih
banyak terjadi pada wanita dengan usia diatas 50 tahun atau pada wanita yang pada
usia 30 tahun belum rnempunyai anak.
d.
Cara
mengkaji :
Ø Inspeksi mengenai ukuran, bentuk, kesimetrisan payudara.
Ø Inspeksi area kulit di sekitar payudara mengenai warna, lesi, vaskularisasi
dan edema serta warna areola (pada wanita hamil umumnya tampak lebih gelap).
Ø Inspeksi puting susu : ada/tidak ulkus, pembengkakan
Ø Palpasi puting susu : ada/tidak sekresi, catat jumlah, warna dan ada/tidak
keluhan nyeri tekan.
Ø Palpasi setiap payudara dengan teknis bimanual dengan cara gerakan
memutar terhadap dinding dada dari tepi menuju areola dan memutar searah jarum
jam.
Ø Lakukan untuk kedua payudara secara bergantian.
j. Pengkajian
Abdomen
a.
Dalam
melakukan pengkajian pada abdomen, perawat harus memahami struktur anatomi
perut yang meliputi batas-batas/bagianperut.
b.
Pembagian
batas-batas perut diilustrasikan dengan empat kuadran atau sembilan regio.
c.
Cara
mengkaji :
Ø Inspeksi bentuk abdomen : datar/membuncit/menonjol.
Ø Inspeksi kesimetrisan letak abdomen.
Ø Inspeksi kulit di sekitar abdomen mengenai lesi, jaringan parut,
bekas luka dan lain-lian.
Ø Auskultasi bunyi bising usus pada semua kuadran, normalnya 5 - 35 x
permenit.
Ø Perkusi abdomen untuk mendengarkan/mendeteksi adanya gas,cairan
atau massa dalam rongga perut. Bunyi perkusi normal pada abdomen yang normal
adalah timpani. Jika terjadi pembesaran hati/limpa maka bunyi perkusi menjadi
redup, sedangkan jika terdapat massa/cairan maka berbunyi perkusi menjadi
pekak.
Ø Perkusi pada pinggang (ginjal) yaitu pada daerah dinding abdomen
belakang pada CostoVertebraAngel (CVA). Jika ada keluhan nyeri ketuk maka
kemungkinan terdapat infeksi saruran kemih.
Ø Palpasi pada daerah abdomen dapat dilakukan dengan palpasi ringan
(perawat meletakkan telapak tangan pada perut pasien dengan jari-jari paralel
terhadap perut kemudian menekan dengan kedalaman 1 cm) dan palpasi dalam
(dengan kedalaman palpasi 4-5cm).
Ø Yang harus dicatat pada saat palpasi adalah ukuran, lokasi, mobilitas,
kontur, konsistensi dan nyeri tekan serta ada/tidak distensi kandung kemih.
Ø Palpasi hepar dengan cara nreletakkan tangan kanan pada batas bawah
tulang rusuk sisi kanan, kemudian bergerak mengikuti irama nafas klien, pada
saat klien inhalasi, rasakan batas hepar, ada pcmbesaran/tidak.
Ø Palpasi lien dengan cara bimanual yaitu tangan kiri perawat menyangga
bagian bawah tulang rusuk kiri klien kemudian tangan kanan perawat melakukan
palpasi pada area tersebut.
Ø Palpasi ginjal dengan cara meletakkan tangan kiri di bawah panggul
dan elevasikan ginjal ke arah anterior kemudian tangan kanan perawat diletakkan
pada dinding perut anterior pada garis midklavikula pada tepi bawah batas
kosta, lalu tekankan tangan kanan secara langsung sementara klien menarik nafas
panjang, kemudian rasakan ada pembesaran atau tidak. pada orang dewasa yang
normal, ginjal tidak teraba tetapi pada orang yang sangat kurus, bagian bawah
ginjal dapat dirasakan.
k.
Pengkajian kelenjar inguinal, genetalia dan anus
a. Kelenjar Limfe inguinal
Ø Inspeksi daerah inguinal ada/tidak pembesaran.
Ø Palpasi daerah inguinal : teraba pembesaran/tidak, terdapat nyeri tekan/tidak.
b. Genetalia
1) Pria
ü Inspeksi rambut pubis, catat penyebaran dan petumbuhan rambut
pubis.
ü Inspeksi kulit pada penis : ada/tidak infeksi/jamur/kutu.
ü Inspeksi scrotum : ada/tidak kemerah-merahan, bengkak, ulkus,
eksoriasi atau nodula.
ü inspeksi lubang uretra, normalnya terletak di tengah gland penis.
Ada/tidak sekresi pada mulut uretra, pada klien GO terdapat sekresi berupa
nanah.
ü Inspeksi tanda-tanda keganasan pada penis.
ü Palpasi penis untuk mengetahui adanya nyeri tekan, nodul dan adanya
cairan yang keluar.
ü Palpasi scrotum dan testis dengan cara menggunakan ibu jari dan
tiga jari yang pertama, bandingkan antara yang kanan, dan kiri.
2) Wanita
ü Inspeksi rambut pubis, catat distribusi dan pertumbuhannya.
ü Inspeksi kulit sekitar pubis, kaji adanya lesi, eritema, eksoriasi.
ü Inspeksi vulva, ada/tidak benjolan, prolaps uteri.
ü Inspeksi sekret vagina, cata karakteristiknya mengenai warna dan
jumlah.
ü Inspeksi labia mayora, labia minora, klitorus dan meatus uretra,
ada tidak pembengkakan, ulkus, sekresi cairan dan lain-lain.
c. Anus
ü Pada pengkajian daerah anus, atur posisi klien sim atau knee chest.
ü Inspeksi anus : ada/tidak hemorrhoid, lesi atau kemerah-merahan,
tanda-tanda keganasan.
ü Gunakan sarung tangan dan beri jelly pada jari telunjuk kemudian
masukkan perlahan-lahan ke daram anus dan rektum, palpasi untuk mengetahui
adanya nodul, massa serta nyeri tekan.
l.
Pengkajian ekstremitas
Ø Kaji ada/tidak edema
Ø Kaji pergerakan klien pada semua persendian/Range Of Motion (ROM),
meliputi gerakan:
a)Fleksi
b)
Ekstensi
c)Rotasi
d)
Adduksi
e)Abduksi
f)
Lateral
fleksi
Ø Kaji kekuatan otot dengan menggunakan skala 0 - 5, yaitu :
a.
Nilai
0, jika tidak ada respon/paralisis total.
b.
Nilai
1, jika tidak ada gerakan tetapi terlihat adanya kontraksi otot.
c.
Nilai
2, jika marnpu rnenahan gaya gravitasi tetapi dengansentuhan jatuh.
d.
Nilai
3, jika mampu menahan tegak tetapi tidak mampu melawan dorongan pemeriksa.
e.
Nilai
4, jika gerakan normal penuh menentang gravitasi dengan sedikit penahanan.
f.
Nilai
5, jika gerakan normal penuh menentang gravitasi dengan penahanan penuh
(kekuatan utuh).
Ø Kaji refleks, meliputi :
a. Refleks Biceps
ü Bila posisi klien duduk, lengan bawah pronasi rileks diatas paha.
ü Bila posisi klien tidur terlentang, lengan ditaruh diatas bantal,
lengan bawah dan tangan diatas abdomen.
ü Taruh ibu jari pemeriksa diatas tendon biseps.
ü Ketukkan hammer diatas ibu jari.
ü Respon normal berupa fleksi dari siku dan tampak kantraksi otot
biseps.
b. Refleks Triceps
ü Bila posisi klien duduk, lengan bawah pronasi rileks diatas paha.
ü Bila posisi klien tidur terlentang, lengan ditaruh diatas bantal,
lengan bawah dan tangan diatas abdomen.
ü Ketukkan hammer kira-kira 5 cm diatas siku.
ü Respon normal berupa ekstensi dari siku dan tampak kontraksi otot
triseps.
c. Refleks patella
ü Bila posisi klien duduk, kaki tergantung relaks di di tepi tempat
tidur, tangan pemeriksa berada diatas lutut.
ü Bila posisi klien tidur terlentang, maka tangan atau lengan bawah
pemeriksa berada ditaruh di bawah lutut klien, klien dalam keadaan fleksi sendi
lutut kira-kira 20 derajat dan tumit klien harus tetap berada di atas tempat
tidur.
ü Ketukkan pada tendon muskulus kuadrisep femoris, di bawah patella.
ü Respon normal berupa gerakan ekstensi dari tungkai bawah disertai
dengan kontraksi otot kuadriseps.
d. Refleks babinski
ü Posisi klien berbaring dan relaksasi dengan tungkai diluruskan.
ü Goresan harus dilakukan secara perlahan, jangan sampai menimbulkan
rasa nyeri.
ü Pemeriksa memegang pergelangan kaki supaya kaki tetap pada tempatnya.
ü Telapak kaki digores dengan benda berujung agar tajam dari arah tumit
menyusur bagian lateral menuju pangkal ibu jari.
ü Respon refleks berupa dorsofleksi dari ibu jari dan biasanya
disertai dengan pemekaran dari jari-jari lainnya dan disebut tanda babinski
positif.
PEMERIKSAAN FISIK
A.
PENGERTIAN
Pemeriksaan fisik
adalah pemeriksaan terhadap keadaan fisik klien. Sedangkan yang dimaksud dengan
pemeriksaan fisik head to toe adalah pemeriksaan terhadap keadaan fisik klien
yang dilakukan mulai dari kepala sampai ke kaki.
B.
TUJUAN
Tujuan perawat
melakukan pemeriksaan fisik yaitu untuk mendapatkan data yang akurat tentang
kondisi kesehatan klien.
C.
LINGKUP
PEMERIKSAAN FISIK
Dalam melakukan
pemeriksaan fisik kepada klien secara head to toe, langkah-langkah yang harus
ditempuh yaitu :
1. Menilai
keadaan umum klien
Perawat
menilai tiga katagori keadaan umum klien dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Baik
b. Lemah
c. Buruk
(tidak baik)
2. Pemeriksaan sistematik head to toe
a. Pengkajian kulit, rambut dan kuku.
-
Kulit
Kulit merupakan sistem tubuh yang paling besar. Kulit terdiri dari tiga
bagian yaitu bagian luar (epidermis), bagian tengah (dermis) danbagian dalam
(lapisan lemak subkutan) atau disebut juga hipodermis.
Secara umum kulit befungsi untuk melindungi jaringan dibawahnya, sebagai
persepsi sensori, pengatur suhu tubuh, sintesa vitamin dan sebagai tempat
pengeluaran sekresi keringat.
-
Beberapa
organ tambahan yang terdapat pada kulit yaitu rambut, kuku, kelenjar sebasea,
kelenjar keringat (kelenjar apokrin dan kelenjar endokrin).
-
Cara
mengkaji kulit, rambut dan kuku
v Metode yang digunakan yaitu inspeksi dan palpasi.
v Inspeksi kulit mengenai warna, adanya edema, adanya lesi, jaringan parut.
v Apakah kulit berwarna kebiruan (sianosis), kemerahan,
kuning(ikterik), hitam (penumpukan ureum/uremic frost), warna berkurang
(albino).
v Apakah terdapat :
Makula
(perubahan warna kulit, tidak teraba, batas jelas, kurangdari 1 cm).
Papula
(Menonjol, batas jelas, elevasi kulit yang padat, kurang dari0,5 cm).
Nodula
(Tonjolan padat berbatas tegas, lebih besar daripadapapula,0,5-2cm).
Tumor (Tonjolan
padat seperti nodula, lebih besar ukurannya).
Vesikula (Papula
dengan cairan serosa didalamnya).
Pustula (Papula
dengan cairan pus didalamnya).
Ulkus (Luka
yang menembus epidermis sampai korium, biasanya disertai nekrosis jaringan,
bervariasi dalam bentuk dan dalamnya luka).
Atrofi (Menipisnya
kulit karena berkurangnya satu atau lebih lapisan kulit, kulit tampak pucat dan
elastisitas berkurang).
v Palpasi kulit untuk mengetahui suhu kulit, textur kulit (halus,
kasar), turgor kulit.
-
Inspeki
dan palpasi Rambut
v Inspeksi warna, jumlah, distribusi dan textur rambut.
v Apakah rambut rontok, mudah dicabut atau tidak, terdapat kutu
rambut (Pediculosis H. Capitis) atau tidak.
-
Inspeksi
dan palpasi kuku
v Catat mengenai warna, bentuk dan lesi pada kuku.
v Apakah bentuk kuku normal, Klubbing Finger, Beau's Line, Koilonychia,
Splinter Hemorrhages atau Paronychia.
v Kaji CRT (Capillary Refilling Time), normalnya kurang dari 2 detik.
b. Pengkajian Kepala
-
Pada
bagian kepala terdapat organ-organ yang sangat penting seperti mata, hidung,
mulut dan telinga.
-
Oleh
karena itu pada saat mengkaji kepala maka organ-organ tersebut dikaji.
-
Cara
mengkaji :
§ Atur posisi klien.
§ Buka kacamata (jika klien menggunakan kacamata).
§ Inspeksi kesimetrisan muka, tengkorak dan kebersihan kepala.
§ Ketidaksimetrisan muka merupakan tanda adanya kelumpuhan / parese
saraf ketujuh.
§ Apakah terdapat ketombe.
§ Palpasi daerah kepala, apakah terdapat massa, pembengkakan, nyeri
tekan.
§ Palpasi daerah dahi, terdapat edema atau tidak.
MATA
§ Tujuan pengkajian mata adalah untuk mengetahui bentuk dan fungsi
mata.
§ Pada saat mengkaji daerah mata terlebih dahulu atur pencahayaan.
§ Perawat berdiri / duduk dihadapan krien, jika memungkinkan.
§ Bandingkan antara mata kanan dan mata kiri.
Aspek yang dikaji
§ Inspeksi letak bola mata, pergerakan mata.
§ Inspeksi palpebra, terdapat ederna atau tidak, terdapat blepharitis
/ hordeolum, apakah terdapat Ptosis
(kelopak mata yang selalu tertutup atau tidak mampu membuka) atau Lagophthalmus (kelopak
mata yang tidak bisa menutup rapat/terus terbuka)
§ Amati konjungtiva, apakah terdapat kemerahan, anemis/tidak anemis.
§ Amati sclera, apakah ikterik/tidak. Dengan cara 2 jari menarik
palpebra, klien melihat ke bawah.
§ Inspeksi gerakan bola mata kesegala arah
§ Periksa TIO (Tekanan Intra okuler). caranya : Gunakan 2 jari
telunjuk untuk menekan daerah bola mata dengan kelopak mata atas dalam posisi
tertutup. Bandingkan tekanan antara mata kanan dan mata kiri.
PUPIL
DAN REFLEKS CAHAYA
§ Dalam keadaan normal, pupil berbentuk bulat, isokor, diameternya
kira-kira 3 mm.
§ Gunakan penlight untuk menyinari pupil maka pupil akan mengecil
VISUS/
KETAJAMAN PENGLIHATAN
§ Pemeriksaan dilakukan pada mata kanan dan mata kiri Secara
bergantian.
§ Menggunakan Snellen Chart, yang dipasang pada jarak 6 m.
§ Hasil pemeriksaan visus ditulis secara terpisah untuk mata kanan
(OD) dan mata kiri (OS), dinyatakan dengan pembilang/penyebut.
§ Pembilang menyatakan jarak antara kartu snellen dengan mata.
Sedangkan penyebut menyatakan jarak dimana suatu huruf tertentu harus dapat
dilihat oleh mata yang normal, Ex. Visus 5/5 artinya : pada jarak 5 m mata
masih dapat melihat huruf yang seharusnya dapat dibaca pada jarak 5 m.
§ Visus mata emetrop = 616
§ Visus 6/60 = hanya bisa menghitung jari-jari dari jarak 6 m.
§ Visus 6/300 = hanya bisa melihat gerak jari-jari dari jarak 6 m.
§ Visus 6/~ = hanya bisa melihat gelap terang.
§ lisus 0 = mata buta/anopsia = tidak bisa melihat terang sama sekali.
Cara memeriksa :
Ø Siapkan kartu snellen,
Ø Atur kursi pada jarak 6 m dari snellen chart
Ø Atur Penerangan
Ø Anjurkan klien untuk menutup mata kiri dengan satu tangan untuk
memeriksa mata kanan.
Ø Anjurkan klien untuk membaca mulai dari huruf yang besar ke yang kecil.
Catat tulisan terakhir yang masih dapat dibaca oleh klien.
Ø Selanjutnya periksa mata kiri.
PENGKAJIAN
TINGKAT MAHIR (FUNDUSKOPI)
§ Untuk mengkaji susunan retina dengan menggunakan alat optalmoskop.
§ Cara kerja :
v Atur posisi klien yaitu duduk.
v Jelaskan tindakan.
v Teteskan Tropisamide 1-2 tetes dengan tujuan untuk melebarkan
pupil.
v Atur cahaya ruangan agak redup.
v Perawat duduk dihadapan klien.
v Beritahu klien untuk melihat secara tetap pada titik-titik tertentu
dan tidak berkedip.
v Lepas kacamata.
v Pegang optalmoskop, atur lensa pada angka 0, nyalakan dan arahkan
pada pupil mata dari jarak 30 cm kemudian temukan red reflex untuk melihat
cahaya pancaran retina.
v Bila red reflex sudah ditemukan lalu dekatkan optalmoskop
pelan-pelan kearah mata krien. Bila klien miopia maka atur kontrol kearah
negatif (merah) dan bila klien hipermiopia atur kontrol kearah positif (hitam).
v Amati fundus secara sistematis diawali dengan mengamati pembuluh
darah besar. catat bila ada kelainan. Amati warna makula, normalnya lebih
terang dari pada retina. Amati diskus optikus, normalnya bentuk rnelingkar,
warna merah muda agak kuning, batas terang dan tetap dan jumrah pigmen
bervariasi.
v Bandingkan antara mata kanan dan kiri.
v setelah selesai pengkajian, teteskan teteskan mata klien dengan
pilocarpine 2 % untuk menetralisir dilatasi- pupil mata.
c.
Pengkajian Telinga
§ Telinga berfungsi sebagai alat pendengaran dan keseimbangan tubuh
§ Telinga terdiri dari tiga bagian yaitu :
1. Telinga luar, meliputi aurikel/pinna dan saluran pendengaran
luar.
2. Telinga tengah (rongga timpani), terdapat komponen pendengaran yaitu
maleolus, inkus dan stapes.
3. Tetinga dalam, terdiri dari labirin yang bertulang dan bermembran
yang meliputi kokhlea, vestibulum dan saluran semisirkular.
§ Aspek yang dikaji :
o Lubang telinga : kaji kebersihannya, apakah terdapat serumen,
bagaimana karakteristiknya.
o Inspeksi pinna : kaji ukuran, bentuk, warna, lesi atau massa.
o Palpasi pinna : bagaimana tekstur, ada tidak keluhan nyeri tekan.
o Palpasi tragus dan tulang mastoid : jika ada peradangan akan timbul
nyeri tekan.
o Inspeksi membran timpani : ada kelainan atau tidak, normalnya bentuk
utuh, memantulkan cahaya politzer pada penyinaran lampu senter.
o Kaji fungsi pendengaran dengan cara :
1. Gesekan jari tangan
2. Detak arloji
3. Test Rinne
Caranya :
a. Getarkan garputala.
b. Letakkan garputala pada tulang mastoid kiri klien.
c. Anjurkan klien untuk memberitahu sewaktu tidak merasakan getaran
lagi.
d. Angkat garputala dan pegang di depan telirrga kiri klien dengan
posisi garputala paralel terhadap lubang telinga luarklien.
e. Anjurkan klien untuk memberitahu apakah masih mendengarsuara
getaran atau tidak. Normalnya suara getaran masih dapat di dengar karena
konduksi udara lebih baik daripada konduksi tulang.
f. Periksa telinga kanan klien dengan cara yang sama.
g. Hasilnya positif atau negatif.
4. Test Weber
Caranya :
a. Getarkan garputala.
b. Letakkan garputala di tengah-tengah dahi klien atau diatas puncak
kepaia klien.
c.Tanyakan kepada klien rnengenai sebelah mana telinga yang mendengar
suara getaran lebih keras. Normalnya kedua telinga dapat mendengar secara
seimbang, sehingga getaran dirasakan di tengah-tengah kepala.
d. Hasilnya lateralisasi ke kiri / ke kanan / tidak ada
lateralisasi.
5. Test Schwabach
Caranya :
a. Getarkan garputala.
b. Letakkan garputala di depan telinga klien.
c. Anjurkan klien untuk member tahu jika sudah tidak mendengar
suara getaran lagi.
d. Pindahkan garputala ke deparr telinga pemeriksa.
e. Jika pemeriksa masih mendengar suara berarti schwabach memendek.
f . Hasilnya memendek atau sama dengan pemeriksa.
d.
Pengkajian hidung dan sinus-sinus
Cara mengkaji :
o Inspeksi kulit di sekitar hidung : warna, lesi, pembengkakan.
o Inspeksi septum hidung : letaknya simetris atau tidak.
o Sekresi hidung : catat karakeristiknya seperti kental/cair, warna putih
jernih atau kehijau-hijauan, ada benda asing atau tidak.
o Ada atau tidak peraclangan membran mukosa hidung, terdapat polip atau
tidak.
o Palpasi sinus - sinus :
2. Sinus etrnoidalis ada
/ tidak nyeri tekan
3. Sinus maksilaris
e.
Fengkajian mulut dan faring
·
Aspek
yang dikaji meliputi bibir, gigi, gusi, lidah, selaput lendir, pipi, palatum
dan faring.
·
Cara
mengkaji :
Ø Inspeksi kebersihan mulut, ada/tidak bau mulut.
Ø Inspeksi bibir : warna kemerahan/merah muda/sianosis, ada/tidak
kelainan bentuk bibir seperti labioschizis/labiopalatoschizis.
Ø Kaji gusi : ada/tidak gingivitis (radang gusi), periodontitis
(radang jaringan penyangga gigi)
Ø Inspeksi lidah : bagaimana kebersihannya, lidah yang kotor akan
ditemui pada keadaan sebagai berikut :
1.
Hygiene
mulut yang kurang
2.
Demam
thypoid
3.
Klien
koma.
Perhatikan sekitar tepi lidah apakah hiperemik atau tidak, selain
itu kaji pergerakan lidah ke segala arah.
Ø Palpasi lidah dengan cara klien disuruh menjulurkan lidahnya
kemudian pegang lidah dengan kassa sterir lalu palpasi ridah terutama bagian
belakang dan bagian-bagiannya.
Ø Lakukan palpasi pada pipi untuk mengetahui ada/tidak tumor/pembengkakan,
jika teraba pembesaran lalu identifikasi ukuran, konsistensi dan nyeri tekan.
Ø Inspeksi faring : ada/tidak peradangan,bagaimana warna, ada/tidak eksudat.
Ø Inspeksi tonsil : ada/tidak pembesaran ukuran besarnya tonsil dinyatakan dengan :
1.
T O
= bila sudah dioperasi.
2.
T 1
= ukuran yang normal ada.
3.
T 2
= pembesaran tonsil tidak sampai garis tengah.
4.
T 3
- pembesaran mencapai garis tengah.
5.
T 4
= pembesaran melewati garis tengah.
f. Pengkajian
Leher
o Inspeksi : bentuk, warna kulit, pembengkakan/massa, ada/tidakjaringan
parut,
o Inspeksi peningkatan tekanan vena jugularis.
o Inspeksi tiroid dengan cara klien dianjurkan untuk menelan kemudian
amati gerakan kelenjar tiroid pada takik suprasternal. Normalnya tidak terlihat
kecuali pada klien yang kurus.
o Palpasi kelenjar limfe.
o Palpasi thyroid dengan cara nreletakkan dua tangan pada area fossa suprasternal
dengan posisi dari belakang klien, anjurkan klien untuk menelan, dalam keadaan
normal tidak teraba. Jika teraba, kaji bagaimana bentuk, ukuran dan
konsistensinya.
o Ada / tidak kaku kuduk.
o Kaji mobilitas leher. Gerakannya meliputi :
1.
Antefleksi,
normalnya 45°.
2.
Dorsifleksi,
normalnya 60°.
3.
Rotasi
ke kanan, normalnya 70°.
4.
Rotasi
ke kiri, norrnalnya 70°.
5.
Lateral
fleksi ke kiri, normalnya 40°.
6.
Lateral
fleksi ke kiri, normalnya 40°.
o Cara mengukur JVP (Jugurar Venous pressureflekanan VenaJugular).
a.
Atur
posisi klien tidur dengan satu bantal.
b.
Miringkan
kepala klien.
c.
Bendung
daerah supraclavicula agar vena jugular jelas terlihat.
d.
Tekan
ujung proksimal vena jugular sambir merepas bendungan supraclavikula.
e.
ukur
jarak vertikal permukaan atas kolom darah yang ditemukan terhadap bidang
horisontal melalui angulus ludovici.
f.
Misalnya
jaraknya a cm.
g.
Nilai
JVP : 5-acm.
5+acm
h.
Jika
pengukuran dilakukan secara langsung disebut CVP (CentrarVenous Pressure),
nilai normalnya 5 - 15 cm air
g.
Fengkajian Thorak dan dada
§ Untuk memeriksa daerah thorax, perlu diingat kembali hal-hal sebagai
berikut
a.
Linea
midsternalis, yaitu garis yang memanjang ke bawah ditengah sternum
b.
Linea
sternalis, yaitu garis memanjang ke bawah sejajar garis sternum
c.
Linea
midclavikularis, yaitu garis vertikal yang sejajar dengan garis midsternal dan
memanjang ke bawah dari pertengahan tulang clavikula kanan dan kiri.
d.
Linea
axilaris anterior, yaitu garis yang memanjang ke bawah dari lipatan axilaris
anterior.
e.
Linea
aksilaris posterior, yaitu garis yang memanjang ke bawah dari lipatan aksilaris
posterior.
f.
Linea
midaksilaris, yaitu garis vertikal yang memanjang kebawah dimulai dari
pertengahan antara garis aksilaris anterior dan posterior,
g.
linea
midspinalis, yaitu garis yang terletak di tengah-tengah punggung dan ditentukan
oleh prosesus spinosus.
h.
Linea
midskapularis, yaitu garis vertikal yang terletak pada dinding dada sejajar
dengan garis midspinaris dan memanjang melalui puncak scapula.
i.
Daerah
infraskapuraris, yaitu daerah dinding belakang dada yangterletak di bawah
daerah scapula.
j.
Daerah
interskapularis, yaitu daerah dinding belakang dada yang terletak diantara dua
scapula.
§ Aspek yang dikaji :
v Inspeksi bentuk dada : kesimetrisan, postur, ada/tidak kelainan tulang belakang
seperti Kiposis, Lordosis atau Skoliosis,
ada/tidak kelainan bentuk seperti :
ü Pigeon
chest (bentuk dada
yang ditandai dengan diameter transversal sempit, diameter antero-posterior
membesar dan sternum sangat menonjol ke depan).
ü Funnel
chest (sternum
menyempit ke dalam dan diameter antero-posterior yang mengecil).
ü Barel
Chest (diameter
antero-postero transversal mempunyai perbandingan
1:1)
v Inspeksi ada/tidak retraksi intercostal / suprasternal / pernafasan
cuping hidung
v Kaji jenis pernafasan :
ü Pernafasan
Kusmaul, yaitu pernafasan
yang cepat dan dalam misalnya pada klien yang mengalami koma diabetikum.
ü Pernafasan
Biot yaitu
pernafasan yang ritme maupun amplitudonya tidak teratur, diselingi periode
apnea, misalnya pada klien dengan kerusakan otak.
ü Pernafasan
Cheyne Stokes, yaitu
pernafasan dengan amplitudo yang mula-mula kecil, makin lama makin membesar
kemudian mengecil lagi diselingi periode apnea,misalnya klien dengan gangguan
syaraf otak.
v Palpasi dinding thorax dengan menggunakan seluruh telapak tangan dan jari
kiri dan kanan.
v Pada saat palpasi tentukan ada/tidak keluhan nyeri tekan,kemudian
raba dan rasakan getaran dinding dada sewaktu klien mengucapkan kata "tujuh puluh tujuh" atau
disebut vocalfremitus (Tactil Vremitus). Caranya :
a.
Letakkan
telapak tangan pada bagian belakang dinding dada dekat apek paru-paru sambil
klien mengucapkan kata ..”tujuhpuluh tujuh".
b.
Ulangi
langkah a dengan tangan bergerak ke bagian dasar paru-paru.
c.
Bandingkan
vremitus pada kedua sisi paru.
d.
Lakukan
palpasi vokal vremitus pada dinding dada anterior.
v Pemeriksaan Vocal fremitus bertujuan untuk membandingkan bagian
mana yang lebih bergetar atau kurang bergetar. Jika terdapat pemadatan jaringan
paru (pneumonia, keganasan) akan terasa lebih bergetar, sedangkan pada pleural
efusion dan Pneumotorak akan terasa kurang bergetar.
v Perkusi dinding thorax dilakukan dengan cara mengetuk dengan jari tengah
tangan kanan pada jari tengah tangan kiri yang ditempelkan dengan erat di
dinding dada di celah intercostal.
a.
sonor
adalah suara perkusi jaringan paru yang normal.
b.
Redup
adalah suara perkusi jaringan yang lebih padat
c.
Pekak
adalah suara perkusi jaringan yang padat seperti pada kasus adanya cairan di
rongga pleura, perkusi daerah jantungdan perkusi daerah hepar.
d.
Hipersonor/tympany
adalah suara perkusi pada daerah yang lebih berongga kosong.
v Auskultasi paru adalah mendengarkan suara pada dinding thorax dengan
menggunakan stetoskop.
v Ada tiga suara yang didengar pada pemeriksaan auskultasi paru,yaitu
:
1.
Suara napas
a. Vesikuler
Suara nafas vesikuler terdengar di semua lapangan paru yang normal.
Bersifat halus, nada rendah, inspirasi lebihpanjang dari ekspirasi.
b. Broncho vesikuler
Suara nafas ini terdengar di percabangan broncus dan trakea,
sekitar sternum dan regio interscapular, nadanya sedang lebih kasar
dibandingkan vesikuler, inspirasi sama panjang dengan ekspirasi.
c. Bronchial
Suara nafas ini terdengar di daerah trakea (leher). Bersifat kasar,
nada tinggi, inspirasi rebih pendek dibandingkan dengan ekspirasi.
v Bila didapat suara broncho vesikuler atau bronchial dilapangan paru
merupakan suatu kelainan.
v Bila tidak terdengar sama sekali hal ini disebabkan karena paru-paru
dalam keadaan kollap/atelektasis atau pleural effusion yang banyak. Jumlah
cairan pleura yang tidak banyak dapat menimbulkan suara vesikuler yang melemah.
2.
Suara ucapen (Vocal Resonans)
Klien diminta mengucapkan "tujuh puluh tujuh,, berulang-ulang,
kemudian pemeriksa mendengarkan dengan stetoskop secara sistematik di semua
lapangan paru serta membandingkan antara kiri dan kanan.
a.
Bronchophony
: suara terdengar jelas ucapannya dan lebih keras dibandingkan daerah sisi
lain. Umumnya hal ini disebabkan oleh adanya proses pemadatan atau konsolidasi paru.
b.
Pectoriloquy
: suara terdengar jauh dan tidak jelas (nggerenyem). Terdapat pada kasus
pleural effusion atau atelektasis.
c.
Egophony
: suara bergema seperti seorang yang hidungnya tersumbat (bindeng) dan terasa
dekat. Biasanya ditemukan pada pemadatan paru yang disertai caverne/berongga-rongga
besar.
3.
Suara tambahan
Pada pernafasan normal tidak dijumpai suara tambahan.suara tambahan
menunjukkan adanya kelainan. Jenis suara tambahan yaitu :
a.
Rales
yaitu bunyi yang dihasilkan oleh eksudat lengket saat saluran halus pernafasan
mengembang pada inspirasi.
Suara rales tidak hilang bila klien
disuruh batuk. Rales seringkali ditemui pada peradangan jaringan paru (pnemonia-
TBC).
b.
Ronchi
adalah bunyi yang tak terputus yang terjadi oleh adanya getaran dalam lumen
saluran pernafasan akibat penyempitan, kelainan selaput lendir atau akibat
adanya sekret kental atau lengket. Ronchi terjadi akibat terkumpulnya cairan mukus
dalam trakea atau bronkus-bronkirs besar. Ciri khas ronchi adalah nada rendah
dan sangat kasar terdengar baik pada inspirasi maupun ekspirasi, ciri lain
ronchi adalah akan hilaing bila klien disuruh batuk.
c.
Wheezing
adarah bunyi musikar terdengar.,ngiii....iik atau pendek ngiik, yang terdapat
pada fase inspirasi dan atau ekspirasi, tetapi biasanya lebih jelas pada
ekspirasi Wheezing terjadi karena ada eksudat lengket tertiup aliran udara dan
bergetar nyaring.
d.
Pleural
Friction Rub yaitu suara bunyi yang terdengar kering, seperti suara gosokan
amplas pada kayu. Suara ini terjadi karena peradangan pleura, terdengar
sepanjang fase pernafasan (inspirasi sepenuhnya).
h.
Pengkajian Jantung
Pengkajian jantung meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
Cara mengkaji :
o Inspeksi ictus cordis, yaitu pada area intercostal kelima linea
midclavikula kiri.
o Palpasi denyut ictus cordis
o Perkusi jantung untuk mengetahui batas-batas jantung : ada
pembesaran / tidak. Batas-batas jantung sebagai berikut :
ü Batas atas : intercostal 2 - 3.
ü Batas kanan : linea sternalis kanan.
ü Batas kiri : intercostal 4, 5 dan 6 linea midclavikula kiri.
o Perkusi jantung dilakukan dengan cara meletakkan jari tengah tangan
kiri sebagai plesimeter (landasan) pada dinding dada dan jari tengah tangan
kanan yang mengetuk.
o Auskultasi area jantung untuk mendengarkan bunyi jantung.
o Bunyi jantung pertama (S1) timbul akibat penutupan katup Mitral dan
Trikuspid sedangkan bunyi jantung kedua (S2) timbul akibat penutupan katup
Aorta dan pulmonal.
o S1 terdengar lebih keras daripada S2 tetapi nada S1 lebih rendah
sedangkan nada S2 tinggi.
o S1 didiskripsikan sebagai bunyi "lub"dan S2 sebagai
"dub,,.Jarak kedua bunyi adalah kurang dari atau sama dengan satu detik
o Lima area untuk nrendengarkan bunyi jantung yaitu :
1.
Katup
Aorta à lntercostal 2 linea sternalis kanan à BJ IIA.
2.
Katup
Pulmonal à intercostal 2 linea sternalis kiri à BJ II P.
3.
Katup
Pulmonal à intercostal 3 linea sternalis kiri à BJ II P .
4.
Katup
Trikuspidalis à intercostal 4 linea sternalis kiri à BJ I T.
5.
Katup
Mitral à Intercostal 5 linea midclavikula kiri à BJ IM.
o Bunyi jantung tambahan (BJ III) dapat didengar di daerah Katup
Mitral.
i.
Pengkajian Payudara
a.
Dalam
melakukan pengkajian payudara, khususnya pada wanita harus memperhatikan aspek
psikososial dan menjaga privacy klien.
b.
Payudara
terletak secara bilateral pada dinding anterior dada di intercostal kedua
sampai keenam atau ketujuh, mengandung jaringan glandula lobulus, jaringan
fibrosa dan jaringan adiposa.
c.
Pada
saat mengkaji payudara, perawat juga harus mengkaji riwayat kesehatan keluarga
klien, misalnya adanya anggota keluarga yang menderita kanker payudara, apakah
klien mempunyai anak, dan lain-lain. Karena biasanya kanker payudara lebih
banyak terjadi pada wanita dengan usia diatas 50 tahun atau pada wanita yang pada
usia 30 tahun belum rnempunyai anak.
d.
Cara
mengkaji :
Ø Inspeksi mengenai ukuran, bentuk, kesimetrisan payudara.
Ø Inspeksi area kulit di sekitar payudara mengenai warna, lesi, vaskularisasi
dan edema serta warna areola (pada wanita hamil umumnya tampak lebih gelap).
Ø Inspeksi puting susu : ada/tidak ulkus, pembengkakan
Ø Palpasi puting susu : ada/tidak sekresi, catat jumlah, warna dan ada/tidak
keluhan nyeri tekan.
Ø Palpasi setiap payudara dengan teknis bimanual dengan cara gerakan
memutar terhadap dinding dada dari tepi menuju areola dan memutar searah jarum
jam.
Ø Lakukan untuk kedua payudara secara bergantian.
j. Pengkajian
Abdomen
a.
Dalam
melakukan pengkajian pada abdomen, perawat harus memahami struktur anatomi
perut yang meliputi batas-batas/bagianperut.
b.
Pembagian
batas-batas perut diilustrasikan dengan empat kuadran atau sembilan regio.
c.
Cara
mengkaji :
Ø Inspeksi bentuk abdomen : datar/membuncit/menonjol.
Ø Inspeksi kesimetrisan letak abdomen.
Ø Inspeksi kulit di sekitar abdomen mengenai lesi, jaringan parut,
bekas luka dan lain-lian.
Ø Auskultasi bunyi bising usus pada semua kuadran, normalnya 5 - 35 x
permenit.
Ø Perkusi abdomen untuk mendengarkan/mendeteksi adanya gas,cairan
atau massa dalam rongga perut. Bunyi perkusi normal pada abdomen yang normal
adalah timpani. Jika terjadi pembesaran hati/limpa maka bunyi perkusi menjadi
redup, sedangkan jika terdapat massa/cairan maka berbunyi perkusi menjadi
pekak.
Ø Perkusi pada pinggang (ginjal) yaitu pada daerah dinding abdomen
belakang pada CostoVertebraAngel (CVA). Jika ada keluhan nyeri ketuk maka
kemungkinan terdapat infeksi saruran kemih.
Ø Palpasi pada daerah abdomen dapat dilakukan dengan palpasi ringan
(perawat meletakkan telapak tangan pada perut pasien dengan jari-jari paralel
terhadap perut kemudian menekan dengan kedalaman 1 cm) dan palpasi dalam
(dengan kedalaman palpasi 4-5cm).
Ø Yang harus dicatat pada saat palpasi adalah ukuran, lokasi, mobilitas,
kontur, konsistensi dan nyeri tekan serta ada/tidak distensi kandung kemih.
Ø Palpasi hepar dengan cara nreletakkan tangan kanan pada batas bawah
tulang rusuk sisi kanan, kemudian bergerak mengikuti irama nafas klien, pada
saat klien inhalasi, rasakan batas hepar, ada pcmbesaran/tidak.
Ø Palpasi lien dengan cara bimanual yaitu tangan kiri perawat menyangga
bagian bawah tulang rusuk kiri klien kemudian tangan kanan perawat melakukan
palpasi pada area tersebut.
Ø Palpasi ginjal dengan cara meletakkan tangan kiri di bawah panggul
dan elevasikan ginjal ke arah anterior kemudian tangan kanan perawat diletakkan
pada dinding perut anterior pada garis midklavikula pada tepi bawah batas
kosta, lalu tekankan tangan kanan secara langsung sementara klien menarik nafas
panjang, kemudian rasakan ada pembesaran atau tidak. pada orang dewasa yang
normal, ginjal tidak teraba tetapi pada orang yang sangat kurus, bagian bawah
ginjal dapat dirasakan.
k.
Pengkajian kelenjar inguinal, genetalia dan anus
a. Kelenjar Limfe inguinal
Ø Inspeksi daerah inguinal ada/tidak pembesaran.
Ø Palpasi daerah inguinal : teraba pembesaran/tidak, terdapat nyeri tekan/tidak.
b. Genetalia
1) Pria
ü Inspeksi rambut pubis, catat penyebaran dan petumbuhan rambut
pubis.
ü Inspeksi kulit pada penis : ada/tidak infeksi/jamur/kutu.
ü Inspeksi scrotum : ada/tidak kemerah-merahan, bengkak, ulkus,
eksoriasi atau nodula.
ü inspeksi lubang uretra, normalnya terletak di tengah gland penis.
Ada/tidak sekresi pada mulut uretra, pada klien GO terdapat sekresi berupa
nanah.
ü Inspeksi tanda-tanda keganasan pada penis.
ü Palpasi penis untuk mengetahui adanya nyeri tekan, nodul dan adanya
cairan yang keluar.
ü Palpasi scrotum dan testis dengan cara menggunakan ibu jari dan
tiga jari yang pertama, bandingkan antara yang kanan, dan kiri.
2) Wanita
ü Inspeksi rambut pubis, catat distribusi dan pertumbuhannya.
ü Inspeksi kulit sekitar pubis, kaji adanya lesi, eritema, eksoriasi.
ü Inspeksi vulva, ada/tidak benjolan, prolaps uteri.
ü Inspeksi sekret vagina, cata karakteristiknya mengenai warna dan
jumlah.
ü Inspeksi labia mayora, labia minora, klitorus dan meatus uretra,
ada tidak pembengkakan, ulkus, sekresi cairan dan lain-lain.
c. Anus
ü Pada pengkajian daerah anus, atur posisi klien sim atau knee chest.
ü Inspeksi anus : ada/tidak hemorrhoid, lesi atau kemerah-merahan,
tanda-tanda keganasan.
ü Gunakan sarung tangan dan beri jelly pada jari telunjuk kemudian
masukkan perlahan-lahan ke daram anus dan rektum, palpasi untuk mengetahui
adanya nodul, massa serta nyeri tekan.
l.
Pengkajian ekstremitas
Ø Kaji ada/tidak edema
Ø Kaji pergerakan klien pada semua persendian/Range Of Motion (ROM),
meliputi gerakan:
a)Fleksi
b)
Ekstensi
c)Rotasi
d)
Adduksi
e)Abduksi
f)
Lateral
fleksi
Ø Kaji kekuatan otot dengan menggunakan skala 0 - 5, yaitu :
a.
Nilai
0, jika tidak ada respon/paralisis total.
b.
Nilai
1, jika tidak ada gerakan tetapi terlihat adanya kontraksi otot.
c.
Nilai
2, jika marnpu rnenahan gaya gravitasi tetapi dengansentuhan jatuh.
d.
Nilai
3, jika mampu menahan tegak tetapi tidak mampu melawan dorongan pemeriksa.
e.
Nilai
4, jika gerakan normal penuh menentang gravitasi dengan sedikit penahanan.
f.
Nilai
5, jika gerakan normal penuh menentang gravitasi dengan penahanan penuh
(kekuatan utuh).
Ø Kaji refleks, meliputi :
a. Refleks Biceps
ü Bila posisi klien duduk, lengan bawah pronasi rileks diatas paha.
ü Bila posisi klien tidur terlentang, lengan ditaruh diatas bantal,
lengan bawah dan tangan diatas abdomen.
ü Taruh ibu jari pemeriksa diatas tendon biseps.
ü Ketukkan hammer diatas ibu jari.
ü Respon normal berupa fleksi dari siku dan tampak kantraksi otot
biseps.
b. Refleks Triceps
ü Bila posisi klien duduk, lengan bawah pronasi rileks diatas paha.
ü Bila posisi klien tidur terlentang, lengan ditaruh diatas bantal,
lengan bawah dan tangan diatas abdomen.
ü Ketukkan hammer kira-kira 5 cm diatas siku.
ü Respon normal berupa ekstensi dari siku dan tampak kontraksi otot
triseps.
c. Refleks patella
ü Bila posisi klien duduk, kaki tergantung relaks di di tepi tempat
tidur, tangan pemeriksa berada diatas lutut.
ü Bila posisi klien tidur terlentang, maka tangan atau lengan bawah
pemeriksa berada ditaruh di bawah lutut klien, klien dalam keadaan fleksi sendi
lutut kira-kira 20 derajat dan tumit klien harus tetap berada di atas tempat
tidur.
ü Ketukkan pada tendon muskulus kuadrisep femoris, di bawah patella.
ü Respon normal berupa gerakan ekstensi dari tungkai bawah disertai
dengan kontraksi otot kuadriseps.
d. Refleks babinski
ü Posisi klien berbaring dan relaksasi dengan tungkai diluruskan.
ü Goresan harus dilakukan secara perlahan, jangan sampai menimbulkan
rasa nyeri.
ü Pemeriksa memegang pergelangan kaki supaya kaki tetap pada tempatnya.
ü Telapak kaki digores dengan benda berujung agar tajam dari arah tumit
menyusur bagian lateral menuju pangkal ibu jari.
ü Respon refleks berupa dorsofleksi dari ibu jari dan biasanya
disertai dengan pemekaran dari jari-jari lainnya dan disebut tanda babinski
positif.
~~~~~~selamat belajar ,
semoga sukses~~~~~~
~~~~~~selamat belajar ,
semoga sukses~~~~~~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar